Kamis, 14 April 2016

MAKALAH "METODE PENULISAN RASM UTSMANI (KAIDAH HAMZAH DAN BADAL)"

A.           Pendahuluan
Sejak awal hingga akhir turunnya, seluruh ayat Al-Qur’an telah ditulis dan didokumentasikan oleh para penulis wahyu yang langsung ditunjuk oleh Rasulullah SAW. Di samping itu seluruh ayat Al-Qur’an dinukilkan atau diriwayatkan secara mutawattir baik secara hafalan maupun tulisan, ditulis dan dibukukan dalam satu mushaf.
Al-Qur’an yang dimiliki umat Islam sekarang mengalami proses sejarah yang unik hingga menjadi satu mushaf. Ilmu yang membahas penulisan Al-Qur’an ini dikenal dengan ilmu Rasm Al-Qur’an. Sebagian besar menisbatkan Rasmul Qur’an ini kepada khalifah Utsman bin Affan yang telah memberikan tugas, sehingga disebut juga Rasm Utsmani.
Para ahli tata bahasa Arab atau dikenal dengan Nuhat, telah menciptakan berbagai aturan dasar dan kaidah (al-qawa’id al-imla’) tetapi ada perbedaan pada bentuk tertentu dalam mushaf yang dikodifikasi para sahabat pada zaman khalifah Utsman ini. Dalam perkembangannya pula, beberapa ulama berbeda pendapat tentang status Rasm Utsmani ini, apakah bersifat tauqify atau ijtihadi, mengingat Rasm Utsmani ini disusun oleh manusia, serta kaidah-kaidah yang dipakai dalam Rasm Utsmani.
Salah satu bentuk kemukjizatan, Al-Qur’an ditulis berbeda dengan kaidah bahasa Arab pada umumnya (imla’ al ‘adiy), lafalnya ditulis dengan huruf hijaiyah dengan senantiasa menjaga ibtida (permulaan) dan waqf  (berhenti) nya. Para ahli tata bahasa Arab atau yang lebih dikenal dengan Nuhat (para ahli ilmu nahwu) telah menciptakan berbagai aturan dasar dan kaidah (al-qawa’id al-imla’), tetapi ada perbedaan pada bentuk tertentu pada Mushaf al-Imam (mushaf yang dikodifikasikan pada masa pemerintahan Utsman bin Affan yang telah diyakini dan disepakati keabsahannya oleh seluruh sahabat) yang selanjutnya disebut sebagai Mushaf Utsmani.[1]
Perbedaan tulisan pada Mushaf Utsmani (Rasm Utsmani) dengan kaidah penulisan menurut tata bahasa Arab bukan hanya karena adanya perbedaan keadaan makna kalimatnya saja, namun karena aturan penulisan itu sudah ditentukan sendiri oleh Nabi SAW. Sebagai ketetapan (taqrir) dari beliau yang diperoleh melalui wahyu, karena beliau sama sekali tidak dapat membaca maupun menulis (ummiy).[2]
Perbedaan-perbedaan dalam penulisan mushaf utsmani terfokus dalam lima pokok, yaitu: pembuanggan huruf (al-hazf), penambahan huruf (al-ziyadah), hamzah, penggantian huruf (al-badl), pemisahan (al-fasl), dan satu tulisan yang memuat dua bacaan (ma fihi qira’atani). Oleh karena itu keaslian (otentisitas) tulisan Al-Qur’an selalu terjaga karena eksklusifitas tulisan Al-Qur’an yang juga merupakan bagian dari kemukjizatan Al-Qur’an. Syaikh Abu al-Abbas al-Marakisy dalam kitab karangannya Unwan al-Dalil fi Marsum Khat al-Tanzil menjelaskan: bahwa adanya pebedaan huruf dalam mushaf utsmani karena mempertimbangkan pada makna-makna kalimatnya, dan di dalamnya terdapat berbagai faedah dari sisi balaghah, kebahasaan dan tata bahasanya.[3]

B.            Kaidah Penulisan Mushaf Utsmani
Rasm Utsmani memiliki kaidah tertentu yang diringkas oleh para ulama menjadi enam kaidah. Kaidah-kaidah tersebut sekaligus membedakannya dengan kaidah imla’. Selanjutnya kaidah-kaidah ini, menurut Adnan Amal, merupakan karakteristik ortografi mushaf Utsmani. Dalam karyanya al-Muqni’ fi Ma’rifah Marsum Mashahif Ahl al-Amshar, Abu Amr al-Dani sebagaimana dikutip oleh Adnan Amal, mendokumentasikan karakteristik ortografi mushaf Utsmani yang menyimpang dari kaidah-kaidah ortografi yang lazim dikenal di kalangan sarjana bahasa Arab.[4]

1.        Kaidah Penulisan Hamzah
1)   Hamzah sakinah (mati) maka ditulis sesuai dengan harakat huruf sebelumnya, contoh: أؤتمن، إئذِن، البأساء 
2)   Hamzah Mutaharrikah (berharakat), maka:
a)     Jika berada pada permulaan kalimat dan bertemu dengan huruf zaidah, maka ditulis dengan huruf alif, contoh: فبأي، سأنزل، سأصرف، إذا، أولو، أيوب
b)      Jika berada di tengah-tengah kalimat maka ditulis sesuai dengan harakatnya. Bila hamzah berharakat fathah maka ditulis dengan alif, jika kasrah maka ditulis dengan ya’ jika dhammah maka ditulis dengan wawu, contoh: تقرؤه، سئل، سأل
c)      Jika berada di akhir kalimat maka ditulis sesuai dengan harakat sebelumnya. Bila huruf sebelum hamzah berharakat fathah maka hamzah ditulis dengan alif, jika huruf sebelumnya berharakat dhammah maka ditulis dengan wawu dan jika huruf sebelumnya berharakat kasrah maka ditulis dengan ya’, contoh:  سبأ، لؤلؤ، شاطئ
d)     Jika huruf sebelum hamzah berharakat sukun (mati) maka ditulis sendirian, contoh: مِلْءُ الأَرْضِ، يُخْرِجُ الخَبْء

kaidah penulisan huruf hamzah menurut Rasm Uthmani tidak begitu kentara kecuali hamzah-hamzah di awal kalimah. Contohnya hamzah wasal dibuang bentuknya apabila hamzah wasal terletak pada “fiil” selepas Istifham pada tujuh tempat yaitu;
ö@è% öNè?õsƒªBr& yZÏã «!$# #Yôgtã      ( أاتخذتم )
(Al-Baqarah 080)
  yìn=©Ûr& |=øtóø9$# ÏQr& xsƒªB$#
(Al-Maryam 78)
  3uŽtIøùr& n?tã «!$# $¹/Éx. Pr& ¾ÏmÎ/ 8p¨ZÅ_
(Saba 8)
 s"sÜô¹r& ÏN$oYt7ø9$# n?tã tûüÏZt6ø9$#  
(Saffat 153)
 öNßg»tRõsƒªBr& $ƒÌ÷Å ÷Pr& ôMxî#y ãNåk÷]tã ㍻|Áö/F{$#
(Sad 63)

 |N÷Žy9õ3tGór& ÷Pr& |MZä. z`ÏB tû,Î!$yèø9$#
 (Sad 75)

 íä!#uqy óOÎgøŠn=tæ |NöxÿøótGór& óOßgs9 ÷Pr& öNs9 öÏÿøótGó¡n@ öNçlm;
(Al-Munafiqun 6)

2.      Kaidah Penulisan Badal (Penggantian)
a)        Huruf alif diganti dengan huruf wawu untuk menunjukkan keagungan, contoh: الحَيوةَ، الزكَوة، الصلَوة
b)        Alif ditulis dengan ya’ jika asal kalimatnya dari ya’, contoh: يأَسَفَى، يحَسْرَتَى. Selain itu ada juga beberapa kalimat yang keluar dari kaidah ini seperti: (إلى)، (على)، (بلى)، (حتى)، (متى)
c)       Huruf alif diganti dengan nun pada nun taukid khafifah,
contoh : إذاً> إذً ن
d)      Ha’ muannats ditulis dengan ta’ maftuhah (terbuka), contoh: رحمت، ،نعمت، ومعصيت إن شجرت , وجنت نعيم , قرت عين, dan kalimat  امرأة yang disandarkan kepada nama suaminya seperti: امرأتَ نُوْح, فِرْعَوْن امْرَأَتَ. Lihat dalam surat al-Baqarah, Ali-Imran, al-Maidah, Ibrahim, al-Nahl, Luqman, Fathir, al-Mujadilah dan at-Thur.


Reference
al-Suyuthi, Jalaluddin Abdurrahman bin Abu Bakar. 2004. Al-Itqan fi Ulumul Qur’an. Beirut: Dar Al-Kotob Al-Ilmiyah.
Amal, Taufik Adnan. 2013. Rekonstruksi Sejarah Al-Qur’an. Jakarta: PT Pustaka Alvabet.
Hermawan, Acep. 2011. ‘Ulumul Qur’an. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Nasir, Muhammad. 2008. Mukjizat Rasm AL-Qur’an; Telaah Atas Tulisan Mushaf Usmany. Skripsi tidak diterbitkan UIN Yogyakarta.
Syamlul, Muhammad. 2006. I’jaz Rasm Al-Qur’an wa I’jaz al-Tilawah. Kairo: Dar el-Salam.



[1]Muhammad Syamlul, I’jaz Rasm Al-Qur’an wa I’jaz al-Tilawah, (Kairo: Dar el-Salam, 2006), hlm. 29.
[2]Muhammad Nasir, Mukjizat Rasm AL-Qur’an; Telaah Atas Tulisan Mushaf Usmany, (Skripsi UIN Yogyakarta, 2008), hlm. 10.
[3]Jalaluddin Abdurrahman bin Abu Bakar al-Suyuthi, Al-Itqan fi Ulumul Qur’an, (Beirut: Dar Al-Kotob Al-Ilmiyah, 2004), hlm. 556.
[4]Taufik Adnan Amal, Rekonstruksi Sejarah Al-Qur’an, (Jakarta: PT Pustaka Alvabet, 2013), hlm. 265.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar